Source: @gmnifapetub |
Sebagian besar masyarakat memiliki pemikiran kepada laki laki yang pemikiran tersebut menjadi dogma yang terus melekat pada diri laki-laki. Kedudukan dan peranan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan dipandang lebih penting dan menentukan segala hal. Kondisi ini dapat dilihat melalui hal hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari laki laki seperti cara berpakaiaan, pergaulan, penyelesaian masalah,bentuk aktifitas dan lainlain. pencitraan ini sudah diwariskan secara turun menurun dari generasi ke generasi melalui pewarisan budaya sehingga menjadi “kewajiban” yang harus dilakukan jika ingin dianggap sebagai laki laki “tulen”. Tekanan psikologi yang kuat terhadap laki-laki yang harus menjadi laki -laki "tulen" adalah hal yang cukup membuat laki-laki penuh beban. Laki-laki juga manusia yang punya perasaan. Laki laki juga punya masalah, laki laki tidak selalu tangguh dan laki laki juga butuh berbagi masalahnya dengan orang lain dan menuangkan kesedihannya.
Disebagian besar masyarakat masih banyak yang menganut Patriaki yaitu sebuah konsep role of the father yang sebenarnya sebuah konsep ke-bapak-an yang mengayomi dan sekarang menjadi sebuah doktrin masyarakat "laki-laki menentukan segalanya". Doktrin tersebut menjadikan Privilage laki-laki selalu mempunyai hak-hak istimewa dan selalu menjadi cerminan dari keluarganya, Permisif laki-laki mempunyai kekuasaan penuh daripada perempuan.
Sebuah dogma yang selalu melekat pada diri laki laki, the paradox of man power sebuah sudut pandang yang mengganggap laki-laki harus kuat, the psychic armour of manhood laki-laki harus lebih dewasa. Bagaimana menurut kalian para laki-laki?
Kenali kami di GSNI TULUNGAGUNG!